Selasa, 23 Juni 2009

FILOSOFI CAHAYA


Cahaya berfilsafat dengan keberadaannnya yang terang-benderang. Menjadi lambang kesadaran, cahaya berjalan lurus menyibakkan kegelapan. Di lautan malam yang dalam, cahaya menembus kelam menjelma bintang-bintang.
Di langit, cahaya yang diwakili oleh matahari, bintang terdekat dengan bumi, mengirimkan terang ke bumi, membuat kita bisa memandang jutaan benda yang berwarna-warni. Cahaya mengantarkan kita bisa memandang perubahan cuaca dan denyut kehidupan. Karena eksistensinya, bisa kita saksikan keluasan alam semesta yang beraneka ragam dengan panoramanya yang elok permai, kita temukan benda-benda yang besar dan kecil, yang keras dan lunak, yang kusam dan cerah, juga yang penuh warna. Menjadi lambang kesadaran yang menjelma gairah dan kesegaran, cahaya tak pernah berhenti menyeruak kebekuan.
Di dalam diri kita, di rongga dada ini ada nurani, yaitu hati yang mengandung nur, mengandung cahaya. Dengan selalu dalam keadaan sadar dan sabar, kita akan benar-benar paham akan baik dan buruk, taat dan ingkar, setia dan khianat, berkata benar dan dusta, adil dan sewenang-wenang, jujur dan curang, ikhlas dan culas. Bersama cahaya, bisa kita pilih kebaikan, ketaatan, kesetiaan, kebenaran, keadilan, kejujuran, ketulusan hati. Dalam limpahan cahaya, kita semai niat yang tulus dan hati yang kudus, kita tempuh jalan yang lurus, seraya kita sibakkan tirai kegelapan, kita suntingkan terang di hati terang di bumi bersama nuansa damai ceria, cinta suci mulya dan keindahan warna-warni.(pelajaran kedua dari pak guru Sukmawan YM)znu4bqmjev

Senin, 22 Juni 2009

FILOSOFI SAMUDRA


Samudara yang sangat luas dan dalam itu berfilsafat dengan keluasan dan kedalamannya, dengan kedinamisan gelombangnya, dengan keelokan panoramanya seiring tiupan angin sejuk menyegarkan.
Dalam keluasan dan kedalamannya, samudera berfilsafat dengan kemampuannya yang tak terbatas untuk menampung keluh kesah segala muara. Silakan beribu muara dari setiap sungai menjadi tempat lewat jutaan kubik air limbah yang keruh dan beracun setiap hari, namun lautan tak pernah menolaknya. Tak berapa lama setelah air penuh limbah masuk ke rahim samudera, segenap limbah dengan racun dan kekeruhan itu segera sirna. Racun-racun itu menjadi netral oleh asinnya garam samudera. Kekeruhan itu larut dan lenyap ditelan keluasan dan kedalaman samudera.
Permukaan laut begitu indah, keluasannya yang tak bertepi berpadu dengan lengkung cakrawala, warna-warni awan, pantai yang berkelok-kelok sampai jauh, nyiur melambai, gerumbul dan kehijauan menjadi panorama elok permai yang sungguh-sungguh tidak pernah membosankan untuk dipandang. Permukaan laut begitu indah, namun kedalaman samudera yang mengandung terumbu karang, kerajaan batu karang dengan ganggang-ganggangnya yang menari-nari dan milyaran ikan beraneka rupa dan warna, jauh lebih indah lagi. Sungguh alangkah indahnya jika hati kita pun bisa seluas dan sedalam samudera. Hati yang demikian ini, dilanda jutaan kubik kata-kata,sikap dan perbuatan yang mengandung racun, kekeruhan limbah dan polusi fitnah dan caci maki keji, tetap tidak bergeming, tidak teracuni, bahkan punya kesanggupan untuk menawarkannya. Bisakah hati kita seluas dan sedalam samudera?
Di samping memiliki panorama elok nian di permukaan dan kedalamannya, di dasar samudera ada tiram, lokan yang menyimpan mutiara yang sangat berharga. Ibarat samudera,di dasar jiwa kita pun hendaknya terbentang mutiara-mutiara akhlak yang memperindah kehidupan.
Seumpama samudera, kuinginkan hatiku selalu sabar dan setia, bisa menjadi tempat curhatan dan sharing, bisa memberikan solusi atas problem-problem yang ada. Samudera tak pernah diam melantunkan gita persaudaraan. Samudera dengan dinamis gelombangnya dengan kecipak ombaknya yang tak pernah henti memeluki pesisir landai, tak kunjung henti mencapai pantai yang berkelok-kelok, tak pernah diam, akan selalu menyapamu, melantunkan salam padamu.